Makalah
" Ikatan Kimia "
Klasifikasi ikatan, Faktor geometri yang
menentukan ikatan dan struktur
Faktor elektronik yang menentukan ikatan dan struktur
Rosanni Sinurat (1416150011)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2015
Ikatan dan Struktur
Jari-jari
atom, sudut ikatan, dan elektron valensi atom atau ion yang menyusun senyawa menentukan
ikatan, struktur, reaksi dan sifat fisik senyawa. Sangat diinginkan bahwa sifat
kimia senyawa yang dikenal dan senyawa baru dapat dijelaskan dan diprediksikan
dengan menggunakan parameter universal yang khas untuk unsur-unsur penyusunnya.
Kimia anorganik telah berkembang seiring dengan penemuan senyawa baru dan modus
ikatan baru. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui modus ikatan,
faktor geometrik dan elektronik yang menentukan ikatan, dan mempelajari konsep
dasar teori orbital molekul.
1. Klasifikasi ikatan
Ikatan yang menggunakan pasangan
elektron untuk mengikat atom A dan B disebut
ikatan kovalen, dan ditulis sebagai A-B atau A:B. Karena ada dua pasang
elektron yang terlibat dalam ikatan ganda dan tiga pasang di ikatan rangkap
tiga; ikatan-katan itu ditandai berturut-turut dengan A=B, A≡B atau A::B,
A:::B. Ikatan kovalen sangat sederhana, namun merupakan konsep yang sangat
bermanfaat. Konsep ini diusulkan oleh G. N. Lewis di awal abad 20 dan
representasinya disebut struktur Lewis. Pasangan elektron yang tidak
digunakan bersama disebut pasangan elektron bebas, dan disimbolkan dengan
pasangan titik, seperti A:
Delapan elektron diperlukan untuk
mengisi satu orbital s dan tiga orbital p, dan bila bila jumlah
total elektron yang digunakan untuk ikatan dan pasangan elektron bebasnya sama
dengan delapan, struktur molekul yang stabil akan dihasilkan. Aturan ini
disebut aturan oktet dan sangat bermanfaat dalam mendiskusikan struktur
molekular senyawa golongan utama secara kualitatif. Jelas, aturan ini tidak
berlaku untuk molekul hidrogen, H2, tetapi dapat digunakan untuk molekul
kovalen, seperti O2 atau CO dan bahkan senyawa organik yang rumit. Untuk
unsur-unsur setelah periode ke-3, jumlah ikatan kovalen sering lima (misalnya
PCl5) atau enam (misalnya SF6) dan atom pusat dalam molekul-molekul ini
menunjukkan hipervalensi. Dalam kasus ini, karena elektron s dan p
kekurangan untuk membentuk lebih dari empat ikatan kovalen dua elektron,
dulunya dipercaya bahwa dalam hipervalensi elektron d ikut terlibat.
Namun saat ini, dipercaya ikatan hipervalen ini hanya melibatkan orbital s dan
p saja dengan orde ikatan yang lebih rendah dari orde-ikatan ikatan
tunggal.
Ikatan elektrostatik antara kation
(ion positif) dan anion (ion negatif), seperti dalam natrium khlorida, NaCl,
disebut dengan ikatan ionik. Karena muatan elektrik total senyawa harus nol,
muatan listrik kation dan anion harus sama. Ada sumbangan parsial ikatan
kovalen bahkan dalam senyawa ionik, dan ion-ionnya tidak harus terikat satu
sama lain melalui interaksi elektrostatik saja.
Prinsip kenetralan lisrik Pauling menyatakan bahwa muatan listrik
netto setiap komponen senyawa pada dasarnya netral. Seperti yang akan dibahas
nanti, struktur kebanyakan seyawa padat dapat dideskripsikan sebagai susunan
bergantian lapisan kation dan anion, dan diklasifikasikan menjadi bebrapa jenis
kristal representatif.
Atom-atom logam terikat dengan elektron
konduksi yang berasal dari elektron valensi atom logam. Ikatan karena
elektron konduksi dalam logam disebut dengan ikatan logam.
Umumnya, ikatan kimia dapat
dinyatakan sebagai salah satu dari tiga ikatan di atas, tetapi senyawa baru
yang disintesis satu demi satu tidak selalu dapat diklasifikasikan dengan
ikatan kovalen 2- pusat 2-elektron. Senyawa-senyawa ini meliputi ikatan
tuna-elektron dalam boron hidrida,
ikatan koordinat dalam senyawa kompleks logam
transisi, ikatan logam-logam dalam senyawa kluster, dsb., dan
konsep-konsep baru ikatan telah dikenalkan dalam teori ikatan untuk menjelaskan
jenis-jenis ikatan kimia baru ini. Sebagaimana telah dikenal ikatan lemah yang
disebut
interaksi van der Waals telah dikenali ada di atom atau
senyawa molekular netral. Potensial interaksi ini berbanding terbalik dengan
jarak antar atom pangkat 6. Jarak terdekat namun nonikatan antar atom
diperkirakan dengan menjumlahkan jari-jari van der Waals yang diberikan untuk
masing-masing atom.
Interaksi
lemah X-H-Y yang dibentuk oleh atom hidrogen dengan atom dengan
keelektronegativan lebih besar
dari hidrogen X, Y (nitrogen, oksigen, fluorida, dsb.) disebut ikatan hidrogen.
Ikatan hidrogen memainkan peran yang penting dalam es, struktur heliks ganda
DNA, dsb.
2. Faktor
geometri yang menentukan ikatan dan struktur
Dua parameter, jari-jari dan
kekuatan menarik elektron atom atau ion menentukan ikatan, struktur, dan reaksi
zat elementer dan senyawa. Banyak usaha telah didedikasikan untuk mendapatkan
nilai numerik dua faktor yang dapat diterapkan untuk semua material. Diharapkan sifat
kimia senyawa yang diketahui, dan material baru yang kini belum ada dapat
diprediksi dengan kombinasi nilai numerik yang
cocok. Pertama, faktor geometri akan dideskripsikan.
Jari-jari
atom (pm)
a.
Jari-jari atomik dan ion
Kerapatan elektron dalam atom
secara perlahan akan menuju, tetapi tidak pernah mencapai nol ketika jarak dari
inti meningkat. Oleh karena itu, secara ketat dapat dinyatakan bahwa jari-jari atom
atau ion tidak dapat ditentukan. Namun, secara eksperimen mungkin untuk
menentukan jarak antar inti atom. Jari-jari atomik yang ditentukan secara
eksperimen merupakan salah satu parameter atomik yang sangat penting untuk
mendeskripsikan kimia struktural senyawa. Cukup beralasan untuk mendefinisikan
jari-jari logam sebagai separuh jarak atom logam. Separuh jarak antar atom
didefinisikan juga sebagai jari-jari kovalen zat elementer (Tabel 2-1).
Tabel 2.2 Jari-jari ionik (pm).
Bilangan dalam tanda kurung menyatakan bilanga koodinasi ion.
Karena kation dan anion unsur yang
berbeda dalam senyawa ion diikat dengan interaksi elektrostatik, jarak ikatan
adalah jumlah jari-jari ionik yang diberikan untuk kation dan anion. Jari-jari
ionik standar satu spesies ditetapkan terlebih dahulu dan kemudian dikurangkan
dari jarak antar ion untuk menentukan jari-jari ion partnernya. Sebagai standar,
jari-jari ion O2- dalam sejumlah oksida ditetapkan sebesar 140 pm (1 pm = 10-12
m) (R. D. Shannon). Jari-jari kation dalam oksida adalah selisih dari jarak
ikatan dan 140 pm. Setelah jari-jari kation dalam oksida ditentukan, jari-jari
anion lain dapat dihitung dengan mengurangkan jari-jari kation dari jarak antar
atom dalam senyawa ion. Dengan menerapkan metoda seperti ini untuk berbagai
senyawa ion, jari-jari ion telah dikompilasi dalam suatu cara sedemikian
sehingga nilai perhitungan dan percobaan umumnya konsisten (Tabel 2-2).
Bahkan dalam senyawa ionik
terdapat sumbangan kovalen dan tidak terlalu diharapkan nilai jarak ikatan
perhitungan dan percobaan akan tepat sama. Bahkan bila nilai jari-jari ion
standar diubah, kita dapat mengkompilasi jari-jari ion yang masih konsisten untuk
banyak senyawa. Contoh lain jari-jari yang diusulkan adalah jari-jari ion O2-
adalah 132 pm (V. M. Goldschmidt) atau 60 pm (J.C. Slater). Kita juga harus
sadar bahwa jarak kation-anion pasangan ion yang sama menjadi lebih besar
ketika bilangan koordinasi ion lawannya meningkat. Oleh karena itu,
dalam diskusi sifat struktural senyawa ion apapun dari sudut pandang jari-jari
ionik, set jari-jari ionik yang dihitung dengan menggunakan jari-jari standar
yang sama untuk ion dengan bilangan koordinasi yang sama harus digunakan.
Jari-jari anion tidak selalu lebih
besar. Jari-jari logam dan kovalen, juga disebut jari-jari atomik,
menjadi lebih kecil dalam periode yang sama dari kiri ke kanan, kemudian
meningkat lagi di periode selanjutnya. Kontraksi lantanoid bertanggung
jawab atas fakta bahwa unsur periode ke-5 (4d) memiliki jari-jari hampir
sama dengan unsur periode ke-6 (5d). Dalam sistem periodik, unsur-unsur
lantanoid disisipkan sebelum unsur 5d. Jari-jari atomik unsur lantanoid
menurun dengan nyata dengan kenaikan muatan inti efektif sebab efek perisai
orbital 4f unsur lantanoid lemah, disebabkan bentuk orbitalnya. Akibatnya,
jari-jari atomik unsur setelah lantanoid sangat mirip dengan unsur-unsur 4d.
b.
Entalpi kisi
Walaupun kestabilan kristal dalam
suhu dan tekanan tetap bergantung pada perubahan energy bebas Gibbs pembentukan
kristal dari ion-ion penyusunnya, kestabilan suatu kristal ditentukan sebagian
besar oleh perubahan entalpinya saja. Hal ini disebabkan oleh sangat
eksotermnya pembentukan kisi, dan suku entropinya sangat kecil (lihat bagian
3.1). Entalpi kisi, ΔHL, didefinisikan sebagai perubahan entalpi
standar reaksi dekomposisi kristal ionik menjadi ion-ion gasnya (s adalah
solid, g adalah gas and L adalah kisi (lattice)).
MX(s) → M+(g) + X- (g)
ΔHL
Entalpi kisi secara tidak langsung
dihitung dari nilai perubahan entalpi dalam tiap tahap menggunakan siklus
Born-Haber ( Gambar 2.1). Yakni, suatu siklus yang dibentuk dengan menggunakan
data entalpi; entalpi pembentukan standar kristal ion dari unsur-unsurnya, ΔHf,
entalpi sublimasi padatan elementernya, entalpi atomisasi yang berhubungan
dengan entalpi disosiasi molekul elementer gasnya, ΔHatom, entalpi
ionisasi yakni jumlah entalpi ionisasi pembentukan kation dan entalpi
penangkapan elektron dalam pembentukan anion, ΔΗion. Entalpi kisi
dihitung dengan menggunakan hubungan:
Δ 0 + Δ 0 − Δ 0 − Δ 0 = 0 atom
ion L f H H H H
Gambar 2.1 Siklus Born-Haber untuk KCl.
c.
Tetapan Madelung
Energi potensial Coulomb total
antar ion dalam senyawa ionik yang terdiri atas ion A dan B adalah penjumlahan
energi potensial Coulomb interaksi ion individual, /Vab. Karena lokasi
ion-ion dalam kisi kristal ditentukan oleh tipe struktur, potensial Coulomb
total antar ion dihitung dengan menentukan jarak antar ion d. A adalah
tetapan Madelung yang khas untuk tiap struktur Kristal (Tabel 2-3).
NA adalah tetapan Avogadro dan zA dan
zB adalah muatan listrik kation dan anion. Interaksi elektrostatik
antara ion-ion yang bersentuhan merupakan yang terkuat, dan tetapan Madelung biasanya
menjadi lebih besar bila bilangan koordinasinya meningkat. Sebab muatan listrik
mempunyai tanda yang berlawanan, potensialnya menjadi negatif, menunjukkan
penstabilan yang menyertai pembentukan kisi kristal dari ion-ion fasa gas yang
terdispersi baik. Walaupun potensial listrik terendah biasanya menghasilkan
struktur paling stabil, namun ini tidak selalu benar sebab ada interaksi lain
yang harus dipertimbangkan.
Tabel 2.3 Tetapan Madelung.
Tipe
Struktur Tetapan
Madelung
Garam
dapur 1.748
Cesium
khlorida
1.763
Sfalerit
1.638
Wurtzit
1.641
Flourit
2.519
Rutil
2.408
Faktor terbesar
selanjutnya yang berkontribusi pada entalpi kisi adalah gaya van der Waals, dan
gaya dispersi atau interaksi London. Interaksi ini bersifat tarikan
antara dipol listrik, yang berbanding terbalik dengan pangkat 6 jarak antar
ion. Gaya van der Waals nilainya sangat kecil.
V = − NAC
Nilai konstanta C khas untuk
setiap senyawa. Karena gaya van der Waals paling besar harganya 1% dari harga
total gaya Coulomb, pengabaian gaya ini dalam perhitungan entalpi kisi dapat
diterima.
d.
Struktur kristal logam
Bila kita bayangkan atom logam
sebagai bola keras, bila disusun terjejal di bidang setiap bola akan bersentuhan
dengan enam bola lain (A). Bila lapisan lain susunan 2 dimensi ini diletakkan
di atas lapisan pertama, pengepakan akan paling rapat dan strukturnya akan
paling stabil secara energetic bila atom-atom logamnya diletakkan di atas
lubang (B) lapisan pertama. Bila lapisan ke-3 diletakkan di atas lapisan ke-2,
ada dua kemungkinan. Yakni, lapisan ke-3 (A) berimpit dengan lapisan pertama
(A) atau lapisan ke-3 (C) tidak berimpit baik dengan (A) atau (B). Pengepakan
jenis ABAB...- disebut heksagonal
terjejal (hexagonally close-packed (hcp)) ( Gambar 2.2), dan jenis ABCABC...-disebut
kubus terjejal (cubic close-packed (ccp)) ( Gambar 2.3). Dalam
kedua kasus, setiap bola dikelilingi oleh 12 bola lain, dengan kata lain berbilangan
koordinasi 12. Polihedral yang dibentuk dalam hcp adalah
anti-kubooktahedral, dan dalam ccp adalah kubooktahedral.
Gambar 2.2 Susunan hcp bola.
Gambar 2.3 Susunan ccp bola.
Bila kisinya diiris di bidang yang
berbeda, sel satuan ccp nampak berupa kisi kubus berpusat muka (face-centered
cubic (fcc)), mengandung bola di setiap sudut kubus dan satu di pusat
setiap muka ( Gambar 2.4). Sel satuan hcp adalah prisma
rombohedral yang mengandung dua bola yang terletak pada posisi yang
ditunjukkan di Gambar 2.5. Ada beberapa modus penyusunan lapisan yang
berbeda dari hcp dan ccp normal, dan banyak contoh yang diamati.
Gambar 2.4 Ungkapan yang berbeda
dari ccp.
Gambar 2.5 Ungkapan yang berbeda
dari hcp.
Kisi dengan bola lain di pusat
kisi kubus terdiri dari delapan bola adalah kisi kubus berpusat badan (body
centered cubic lattice (bcc)), dan beberapa logam mengadopsi struktur
ini. Rasio ruang yang terisi dalam kisi bcc lebih kecil dibandinkan
rasio dalam susunan terjejal, namun selisihnya tidak banyak. Walaupun bola
pusatnya secara formal berkoordinasi 8, pada dasarnya koordinasinya 14 karena ada
6 bola yang jaraknya hanya 15.5% lebih panjang dari 8 bola terdekat pertama.
Namun, karena rasio ruang terisinya lebih kecil, struktur bcc sangat
jarang muncul. Logam murni cenderung mengadopsi hcp atau ccp.
Dalam hcp dan ccp,
terdapat lubang di antara bola-bola; yang dapat berupa lubang Oh yang dikelilingi
oleh 6 bola atau lubang Td yang dikelilingi oleh 4 bola ( Gambar 2.6). (Oh
dan Td adalah simbol simetri yang digunakan dalam teori grup). Dalam
padatan ionik, bila anion dalam susunan hcp atau ccp, kation
masuk di lubang-lubang ini.
Gambar 2.6 Lubang oktahedral dan
tetrahedral.
e.
Kristal Ionik
Dalam kristal ionik,
seperti logam halida, oksida, dan sulfida, kation dan anion disusun bergantian,
dan padatannya diikat oleh ikatan elektrostatik. Banyak logam halida melarut
dalam pelarut polar
misalnya NaCl melarut dalam air,
sementara logam oksida dan sulfida, yang mengandung kontribusi ikatan kovalen
yang signifikan, biasanya tidak larut bahkan di pelarut yang paling polar sekalipun.
Struktur dasar kristal ion adalah ion yang lebih
susunan terjejal dan ion yang
lebih kecil (biasanya kation) masuk kedalam lubang oktahedral atau tetrahedral
di antara anion. Kristal ionik diklasifikasikan kedalam beberapa tipe struktur berdasarkan
jenis kation dan anion yang terlibat dan jari-jari ionnya. Setiap tipe struktur
disebut dengan nama senyawa khasnya, jadi struktur garam dapur tidak hanya
merepresentasikan struktur NaCl tetapi juga senyawa lainnya. Tipe
struktur-struktur utama senyawa padat dan contoh masing-masing tipe diberikan
di Tabel
Tabel 2.4 Tipe-tipe struktur
kristal senyawa padat.
Tipe Kristal Bilangan koordinasi Contoh senyawa
Garam dapur (6,6) LiCl, NaCl, KBr, RbI, AgCl, MgO, NiO, InP
Cesium khlorida (8,8) CsCl, CsBr, CsI, CuZn
Sfalerit (4,4) ZnS,
CdS, HgS, CuCl, GaP
Fluorit (8,4) CaF
Struktur garam dapur Natrium khlorida NaCl adalah
senyawa khas yang dalam strukturnya anion Cl- disusun dalam ccp dan
kation Na+ menempati lubang oktahedral (Oh) ( Gambar 2.7). Setiap kation
Na+ dikelilingi oleh enam anion Cl-. Struktur yang sama akan dihasilkan bila
posisi anion dan kation dipertukarkan. Dalam hal ditukar posisinya, setiap
anion Cl- dikelilingi oleh enam kation Na+. Jadi, setiap ion berkoordinasi 6 dan
akan memudahkan bila strukturnya dideskripsikan sebagai struktur (6,6). Jumlah
ion dalam sel satuan dihitung dengan menjumlahkan ion seperti diperlihatkan
dalam Gambar 2.7. Ion di dalam kubus dihitung satu, ion di muka kubus dibagi
dua kubus, di sisi digunakan bersama empat kubus dan di pojok digunakan bersama
oleh 8 kubus. Sehingga untuk struktur NaCl ada 4 ion Cl dalam sel satuan NaCl
yang didapatkan dengan mengalikan jumlah ion dalam sel dengan satu, di muka
dengan 1/2, dan di sisi dengan 1/4 dan di sudut dengan 1/8. Jumlah ion Na dalam
sel satuan juga 4 dan rasio jumlah Cl dan Na cocokdengan rumus NaCl.
Gambar 2.7 Struktur NaCl.
Cesium khlorida Cesium khlorida, CsCl, adalah
struktur khas yang diberikan di Gambar 2.8. Ada satu ion Cs+ di pusat kubus dan
delapan ion Cl- berada di sudut-sudut kubus. Sebaliknya, bahkan bila Cl- di
pusat dan delapan Cs+ di sudut-sudut kubus, jumlah masing-masing ion tetap sama.
Jadi, struktur ini dirujuk sebagai struktur (8, 8). Ada satu ion Cs+ dan satu
ion Cl- dalam satu sel satuan cocok dengan rumus CsCl.
Gambar
2.8 Struktur CsCl.
Struktur zink blenda Zink blenda memiliki komposisi ZnS
dan sel satuannya digambarkan di Gambar 2.9. Anion S2- tersusun dalam ccp dan
kation Zn2+ menempati separuh lubang tetrahedral (Td). Dalam susunan
ini, setiap kation berkoordinasi dengan empat anion, dan masing-masing anion
dengan empat kation. Jadi zink blenda adalah struktur (4, 4). Ada masing-masing
empat ion Zn2+ dan S2- dalam sel satuan dan rasio ini cocok dengan rumus ZnS. Gambar
2.9 Struktur ZnS.
Struktur fluorit Komposisi flourit adalah CaF2.
Karena jumlah F- dua kali lebih banyak dari jumlah Ca2+, semua lubang
tetrahedral dalam susunan ccp Ca2+ ditempati oleh F-, sebagaimana diperlihatkan
dalam Gambar 2.10. Ada empat Ca2+ dan delapan F- dalam sel satuan, empat kali rumus
empirisnya. Struktur anti-fluorit didapatkan dengan menukar posisi kation dan
anion, dan struktur ini diadopsi misalnya oleh kalium oksida K2O.
Gambar 2.10 Struktur flourit.
f.
Aturan jari-jari
Biasanya, energi potensial Coulomb
total Ec senyawa ionik univalen MX diungkapkan dengan persamaan
= −
NA adalah konstanta Avogadro, A konstanta
Madelung dan R jarak antar ion. Menurut rumus ini, struktur dengan
rasion A/R akan lebih stabil. Konstanta Madelung senyawa MX meningkat dengan
meningkatnya bilangan koordinasi. Di pihak lain, akan menguntungkan menurunkan bilangan
koordinasi untuk menurunkan nilai R dalam hal ukuran M kecil, agar
kontak antara M dan X dapat terjadi lebih baik. Dalam kristal ionik, rasio rM
dan rX dengan anion saling kontak satu sama lain dan juga berkontak
dengan kation bergantung pada bilangan koordinasi. Dalam bagian struktur yang
terdiri hanya anion, anion membentuk koordinasi polihedra di sekeliling kation.
Jari-jari anion rX adalah separuh sisi polihedral dan jarak kation di
pusat polihedral ke sudut polihedral adalah jumlah jari-jari kation dan anion rX
+ rM. Polihedra dalam CsCl adalah kubus, struktur NaCl adalah
oktahedral, dan ZnS adalah tetrahedral. Jarak dari pusat ke sudut polihedral
adalah berturut-turut √3rX, √2 rX dan ½√6rX. Sehingga,
rasio jari-jari kation dan anion adalah are (√3rX-rX)/ rX = √3-1
= 732 untuk CsCl, (√2rX-rX)/ rX = √2-1 = 0.414 untuk NaCl, dan
(½√6rX-rX)/ rX = ½√6-1 = 0.225 untuk ZnS ( Gambar 2.11). Telah
dijelaskan bahwa bilangan koordinasi menurun bila rasio jari-jari lebih kecil
dari nilai yang diberikan sebab kation dan anion tidak bersentuhan satu sama
lain, yang menyebabkan ketidakstabilan. Di lain pihak, bilangan koordinasi
meningkat untuk kation yang lebih besar, yang akan meningkatkan rasio
jari-jari.
Namun demikian, hubungan antara
bilangan koordinasi dan rasio jari-jari tidak sederhana. Misalnya, semua halida
logam alkali mengadopsi struktur NaCl pada suhu normal kecuali cesium khlorida
CsCl, cesium bromida CsBr dan cesium iodida CsI. Tidak dimungkinkan untuk
menetapkan struktur ion dari rasio jari-jari bahkan untuk senyawa yang paling
sederhana seperti alkali halida sekalipun. Namun, kecenderungan kualitatif
bahwa ion yang lebih kecil cenderung berkoordinasi dengan lebih sedikit ion
lawan biasanya benar.
Gambar 2.11 Rasio jari-jari kation
dan anion.
g.
Variasi ungkapan struktur padatan
Banyak padatan anorganik memiliki
struktur 3-dimensi yang rumit. Ilustrasi yang berbeda dari senyawa yang sama
akan membantu kita memahami struktur tersebut. Dalam hal senyawa anorganik yang
rumit, menggambarkan ikatan antar atom, seperti yang digunakan dalam senyawa organik
biasanya menyebabkan kebingungan. Anion dalam kebanyakan oksida, sulfida atau halide
logam membentuk tetrahedral atau oktahedral di sekeliling kation logam.
Walaupun tidak terdapat ikatan antar anion, strukturnya akan disederhanakan
bila struktur diilustrasikan dengan polihedra anion yang menggunakan bersama
sudut, sisi atau muka. Dalam ilustrasi semacam ini, atom logam biasanya
diabaikan. Seperti telah disebutkan struktur ionik dapat dianggap sebagai susunan
terjejal anion. Gambar 2.12 dan 2-13 mengilustrasikan ketiga representasi ini
untuk fosfor pentoksida molekular P2O5 (= P4O10) dan molibdenum pentakhlorida
MoCl5 (= Mo2Cl10). Representasi polihedra jauh lebih mudah dipahami untuk
struktur molekul besar atau padatan yang dibentuk oleh tak hingga banyaknya
atom. Namun, representasi garis ikatan juga cocok untuk senyawa molekular.
Gambar 2.12 Tiga cara representasi
P4O10.
Gambar 2.13 Tiga cara representasi
Mo2Cl10.
3.
Faktor elektronik yang menentukan ikatan dan struktur
Ikatan dan struktur senyawa
ditentukan oleh sifat elektronik seperti kekuatan atom-atom penyusun dalam
menarik dan menolak elektron, orbital molekul yang diisi eletron valensi, dsb. Susunan
geometris atom juga dipengaruhi oleh interaksi elektronik antar elektron non
ikatan. Di bawah ini beberapa konsep fundamental akan dipaparkan.
a.
Muatan inti efektif
Karena muatan positif inti
biasanya sedikit banyak dilawan oleh muatan negatif elektron dalam (di bawah
elektron valensi), muatan inti yang dirasakan oleh elektron valensi suatu atom
dengan nomor atom Z akan lebih kecil dari muatan inti, Ze. Penurunan
ini diungkapkan dengan konstanta perisai σ, dan muatan inti netto
disebut dengan muatan inti efektif, Zeff.
Zeff
= Z – σ
Muatan inti efektif
bervariasi mengikuti variasi orbital dan jarak dari inti.
b.
Energi ionisasi
Energi ionisasi didefinisikan sebagai energi
minimum yang diperlukan untuk mengeluarkan elektron dari atom dalam fasa gas (g),
sebagaimana ditunjukkan dalam persamaan berikut.
A(g)
→ A+ (g) + e (g)
Energi ionisasi diungkapkan dalam
satuan elektron volt (eV), 1 eV = 96.49 kJmol-1. Energi ionisasi pertama, yang
mengeluarkan elektron terluar, merupakan energi ionisasi terendah, dan energi
ionisasi ke-2 dan ke-3, yang mengionisasi lebih lanjut kation, meningkat dengan
cepat. Entalpi ionisasi, yakni perubahan entalpi standar proses ionisasi dan
digunakan dalam perhitungan termodinamika, adalah energi ionisasi yang ditambah
dengan RT (R adalah tetapan gas 8.31451 JK-1mol-1 dan T adalah temperatur,
2.479 kJ (0.026 eV), pada suhu kamar).
Perbedaan kedua parameter ini kecil. Energi ionisasi pertama bervariasi secara
periodik dengan nomor atom dalam tabel periodik, dengan unsur di kiri bawah
tabel (cesium, Cs) memiliki energi ionisasi pertama yang terkecil dan unsur
yang terkanan dan teratas (helium, He) adalah yang terbesar. Dapat dipahami bahwa
unsur alkali umumnya memiliki energi ionisasi terendah sebab unsur-unsur ini
akan terstabilkan dengan pengeluaran satu elektron terluar untuk mencapai
konfigurasi gas mulia.
Unsur-unsur gas mulia memiliki
struktur elektronik yang stabil, dan dengan demikian energy ionisasinya
terbesar. Walaupun energi ionisasi meningkat hampir secara monoton dari logam alkali
sampai gas mulia, ada penurunan di beberapa tempat, seperti antara nitrogen N
dan oksigen O, serta antara fosfor p dan belerang S. Nilai energi
ionisasi pertama diberikan di Tabel 2.5. Tabel 2.5 Parameter elektronik atom
(eV). I: energi ionisasi pertama, A: afinitas elektron, χ:
keelektronegativan (Mulliken).
c. Afinitas elektron
Afinitas elektron adalah negatif entalpi penangkapan
elektron oleh atom dalam fasa gas, sebagaimana
ditunjukkan dalam persamaan berikut dan dilambangkan dengan A ( = -ΔHeg
) (Tabel 2-5).
A(g) + e → A-(g)
Afinitas elektron dapat dianggap
entalpi ionisasi anion. Karena atom halogen mencapai konfigurasi elektron gas
mulia bila satu elektron ditambahkan, afinitas elektron halogen bernilai besar.
d.
Ke-elektronegativan
Ke-elektronegativan adalah salah satu parameter atom
paling fundamental yang
mengungkapkan secara numerik
kecenderungan atom untuk menarik elektron dalam molekul. Kelektronegativan
sangat bermanfaat untuk menjelaskan perbedaan dalam ikatan, struktur dan reaksi
dari sudut pandang sifat atom. Berbagai cara telah diajukan untuk menjelaskan
dasar teori kekuatan tarikan elektron, dan berbagai studi masih aktif dilakukan
untuk mencari nilai numeric dari ke-elektronegativan. Skala Pauling, dikenalkan pertama sekali
tahun 1932, masih merupakan skala yang paling sering digunakan, dan nilai-nilai
yang didapatkan dengan cara lain dijustifikasi bila nilainya dekat dengan skala
Pauling. L. Pauling mendefinisikan ke-elektrogenativan sebagai besaran
kuantitatif karakter ionik ikatan. Awalnya persamaan berikut diusulkan untuk mendefinisikan
karakter ionik ikatan antara A dan B.
Δ = D(AB)-½(D(AA)+D(BB))
D adalah energi ikatan kovalen.
Namun, kemudian diamati Δ tidak selalu positif, dan Pauling memodifikasi
definisinya dengan:
Δ = D(AB) -
(D(AA) × D(BB) )
dan meredefinisikan karakter ionik ikatan
A-B. Lebih lanjut, ke-elektronegativan χ didefinisikan dengan cara agar
perbedaan ke-elektronegativam atom A dan B sebanding dengan akar kuadrat karakter
ion. Di sini, koefisien 0.208 ditentukan agar kelektronegativan H 2.1 bila
energi ikatan dinyatakan dalam satuan kkal mol-1. − = 0.208 Δ A B χ χ Karena
ke-elektronegativan Pauling meningkat dengan kenaikan bilangan oksidasi atom,
nilai-nilai ini berhubungan dengan bilangan oksidasi tertinggi masing-masing
unsur. Kelektronegativan yang dihitung dengan nilai-nilai energi ikatan yang
terbaru diberikan dalam Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Ke-elektronegativan
Pauling.
A. L. Allred dan E. G. Rochow
mendefinisikan ke-elektronegativan sebagai medan listrik dipermukaan atom Zeff
/r2 . Mereka menambahkan konstanta untuk membuat keelektronegativan mereka
χAR sedekat mungkin dengan nilai Pauling dengan menggunakan r adalah
jari-jari ikatan kovalen atom.
0.74
0.36 2
r
Zeff
AR
χ = +
32
Nampak hasilnya adalah unsur-unsur
dengan jari-jari kovalen yang kecil dan muatan inti efektif yang besar memiliki
ke-elektronegativan yang besar (Tabel 2-6).
R. Mulliken mendefinisikan
ke-elektronegativan χM sebagai rata-rata energi ionisasi I dan afinitas elektron
A sebagai berikut ( Gambar 2.14).
( )
2
1 I A M χ = +
Karena energi ionisasi adalah energi
eksitasi elektronik dari HOMO dan afinitas elektron adalah energi penambahan
elektron ke LUMO (lihat bagian 2.3 (e)), dalam definisi ini keelektronegativan dapat
juga disebut rata-rata tingkat energi HOMO dan LUMO. Unsur-unsur yang sukar
diionisasi dan mudah menarik elektron memiliki nilai ke-elektronegativan yang
besar. Walaupun ke-elektronegativan didefinisikan dengan keadaan valensi dalam
molekul dan memiliki dimensi energi, hasil yang diperoleh dianggap bilangan tak
berdimensi (Tabel 2-5).
Gambar 2.14 Ke-elektronegativan
Mulliken.
Walaupun definisi Mulliken jelas
sebab berhubungan langsung dengan orbital atom, biasanya nilai ke-elektronegativan
Pauling atau Allred-Rochow yang digunakan. Karena nilai-nilai ini tidak terlalu
banyak berbeda, ke-elektronegativan Pauling biasanya cukup bila dipilih salah
satu. Nilai ke-elektronegativan berubah tidak hanya dengan perubahan definisi,
tetapi juga sangat dipengaruhi oleh keadaan ikatan atom, dan nilai-nilai itu
harus digunakan dengan hati-hati. Keelektronegativan atom-atom penyusun adalah
besaran yang sangat penting untuk menjelaskan ikatan, struktur dan reaksi
senyawa. Oleh karena itu, kimiawan teori selalu berusaha untuk memperluas dasar
parameter ini.
e.
Orbital molekul
Fungsi gelombang elektron dalam suatu
atom disebut orbital atom. Karena keboleh jadian menemukan elektron dalam
orbital molekul sebanding dengan kuadrat fungsi gelombang, peta elektron nampak
seperti fungsi gelombang. Suatu fungsi gelombang mempunyai daerah beramplitudo
positif dan negatif yang disebut cuping (lobes).
Tumpang tindih cuping positif dengan
positif atau negatif dengan negatif dalam molekul akan memperkuat satu sama
lain membentuk ikatan, tetapi cuping positif dengan negatif akan meniadakan
satu sama lain tidak membentuk ikatan. Besarnya efek interferensi ini mempengaruhi
besarnya integral tumpang tindih dalam kimia kuantum.
Dalam pembentukan molekul, orbital
atom bertumpang tindih menghasilkan orbital molekul yakni fungsi
gelombang elektron dalam molekul. Jumlah orbital molekul adalah jumlah atom dan
orbital molekul ini diklasifikasikan menjadi orbital molekul ikatan,
non-ikatan, atau antiikatan sesuai dengan besarnya partisipasi
orbital itu dalam ikatan antar atom. Kondisi pembentukan orbital molekul
ikatan adalah sebagai berikut. [Syarat pembentukan orbital molekul
ikatan]
(1)
Cuping orbital atom penyusunnya cocok untuk tumpang tindih.
(2)
Tanda positif atau negatif cuping yang bertumpang tindih sama.
(3)
Tingkat energi orbital-orbital atomnya dekat.
Kasus paling sederhana adalah
orbital molekul yang dibentuk dari orbital atom A dan B dan akan dijelaskan di
sini. Orbital molekul ikatan dibentuk antara A dan B bila syarat-syarat di atas
dipenuhi, tetapi bila tanda salah satu orbital atom dibalik, syarat ke-2 tidak
dipenuhi dan orbital molekul anti ikatan yang memiliki cuping yang bertumpang
tindih dengan tanda berlawanan yang akan dihasilkan ( Gambar 2.15). Tingkat
energi orbital molekul ikatan lebih rendah, sementara tingkat energi orbital
molekul anti ikatan lebih tinggi dari tingkat energi orbital atom penyusunnya. Semakin
besar selisih energi orbital ikatan dan anti ikatan, semakin kuat ikatan. Bila
tidak ada interaksi ikatan dan anti ikatan antara A dan B, orbital molekul yang
dihasilkan adalah orbital nonn ikatan. Elektron menempati orbital molekul dari
energi terendah ke energi yang tertinggi. Orbital molekul terisi dan berenergi
tertinggi disebut HOMO (highest occupied molecular orbital) dan
orbitalmolekul kosong berenergi terendah disebut LUMO (lowest
unoccupied molecular orbital). Ken'ichi
Fukui (pemenang Nobel 1981) menamakan orbital-orbital ini orbital-orbital
terdepan (frontier). Dua atau lebih orbital molekul yang berenergi
sama disebut orbital terdegenerasi (degenerate). Simbol orbital yang
tidak terdegenerasi adalah a atau b, yang terdegenerasi ganda e, dan yang terdegenerasi
rangkap tiga t. Simbol g (gerade) ditambahkan sebagai akhiran pada
orbital yang sentrosimetrik dan u (ungerade) pada orbital yang berubah
tanda dengan inversi di titik pusat inversi.
Bilangan sebelum simbol simetri digunakan dalam urutan energi untuk membedakan orbital
yang sama degenarasinya. Selain itu, orbital-orbital itu dinamakan sigma (σ)
atau pi(π) sesuai dengan karakter orbitalnya. Suatu orbital sigma
mempunyai simetri rotasi sekeliling sumbu ikatan, dan orbital pi memiliki
bidang simpul. Oleh karena itu, ikatan sigma dibentuk oleh tumpang tindih
orbital s-s, p-p, s-d, p-d, dan d-d ( Gambar 2.16) dan ikatan pi dibentuk oleh tumpang
tindih orbital p-p, p-d, dan d-d ( Gambar 2.17).
Gambar 2.15 Pembentukan orbital
molekul.
Gambar 2.16 Orbital molekul σ.
Gambar 2.17 Orbital molekul π.
Bila dua fungsi gelombang dari dua
atom dinyatakan dengan φA dan φB, orbital molekul adalah kombinasi
linear orbital atom (linear combination of the atomic orbitals (LCAO))
diungkapkan sebagai
ψ = CAφA + CBφB
hanya orbital-orbital atom kulit
elektron valensi yang digunakan dalam metoda orbital molekul sederhana.
Pembentukan orbital molekul
diilustrasikan di bawah ini untuk kasus sederhana
molekul dua atom. Semua tingkat di
bawah HOMO terisi dan semua tingkat di atas LUMO kosong.
Dalam molekul hidrogen, H2,
tumpang tindih orbital 1s masing-masing atom hydrogen membentuk orbital
ikatan σg bila cupingnya mempunyai tanda yang sama dan antiikatan σu bila
bertanda berlawanan, dan dua elektron mengisi orbital ikatan σg (Gambar
2.18).
Gambar 2.18 Orbital molekul H2.
Tanda panah mengindikasikan spin
elektronnya. Dalam molekul dua atom periode dua, dari litium Li2 sampai flourin
F2, bila sumbu z adalah sumbu ikatan, 1σg dan 1σu dibentuk
oleh tumpang tindih orbital 2s dan 2σg dan 2σu dari orbital 2pz
dan 1πu dan 1πg dari 2px, dan 2py. Tingkat energi
orbital molekul dari Li2 sampai N2 tersusun dalam urutan 1σg < 1σu
< 1πu < 2σg < 1πg < 2σu dan
elektron menempati tingkat-tingkat ini berturut-turut dari dasar. Contoh untuk
molekul N2 dengan 10 elektron valensi ditunjukkan di Gambar 2.19. Karena urutan
orbital agak berbeda di O2 dan F2, yakni orbital 2σg lebih rendah dari 1πu,
orbital molekul untuk O2, diilustrasikan di Gambar 2.20. Elektron ke-11 dan 12
akan mengisi orbital 1πg yang terdegenerasi dalam keadaan dasar dan
spinnya paralel sesuai aturan Hund dan oleh karena itu oksigen memiliki
dua elektron tidak berpasangan.
Gambar 2.19 Orbital molekul N2.
Gambar 2.20 Orbital molekul O2.
Orbital molekul dua atom yang
berbeda dibentuk dengan tumpang tindih orbital atom yang
tingkat energinya berbeda. Tingkat energi atom yang lebih elektronegatif
umumnya lebih rendah, dan orbital molekul lebih dekat sifatnya pada orbital
atom yang tingkat energinya lebih dekat. Oleh karena itu, orbital ikatan
mempunyai karakter atom dengan ke-elektronegativan lebih besar, dan orbital
anti ikatan mempunyai karakter atom dengan ke-elektronegativan lebih kecil.
Misalnya, lima orbital molekul
dalam hidrogen fluorida, HF, dibentuk dari orbital 1s hidrogen dan orbital
2s dan 2p fluor, sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 2.21.
Orbital ikatan 1σ mempunyai karakter fluorin, dan orbital 3σ anti ikatan
memiliki karakter 1s hidrogen. Karena hidrogen hanya memiliki satu
orbital 1s, tumpang tindih dengan orbital 2p fluor dengan
karakter π tidak efektif, dan orbital 2p fluor menjadi orbital
nonikatan. Karena HF memiliki delapan elektron valensi, orbital nonikatan ini
menjadi HOMO.
Gambar 2.21 Orbital molekul HF.
Dalam karbon monoksida, CO, karbon
dan oksigen memiliki orbital 2s dan 2p yang menghasilkan baik
ikatan sigma dan pi, dan ikatan rangkap tiga dibentuk antar atomnya. Walaupun 8
orbital molekulnya dalam kasus ini secara kualitatif sama dengan yang dimiliki
molekul yang isoelektronik yakni N2 dan 10 elektron menempati orbital sampai
3σ, tingkat energi setiap orbital berbeda dari tingkat energi molekul nitrogen.
Orbital ikatan 1σ memiliki karakter 2s oksigen sebab oksigen memiliki
ke-elektronegativan lebih besar. Orbital antiikatan 2π dan 4σ memiliki karakter
2p karbon ( Gambar 2.22).
Gambar 2.22 Orbital molekul CO.
Orde ikatan antar atom adalah
separuh dari jumlah elektron yang ada di orbital ikatan dikurangi dengan jumlah
yang ada di orbital anti ikatan. Misalnya, dalam N2 atau CO, orde ikatannya
adalah 1/2(8 - 2) = 3 dan nilai ini konsisten dengan struktur Lewisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar