Laporan Praktikum
Kimia Fisika 1
Kalor Pelarutan
Nama Praktikan : Rosanni Sinurat
Nim : 14 161 500 11
Dosen pengampu : Leony Sanga L.Purba Mpd.
Prodi Pendidikan kimia
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Indonesia
A..Judul : Kalor Pelarutan
B.Tujuan Percobaan :
I. Menentukan kelarutan zat pada berbagai suhu serta menentukan kalor pelarutan differensial.
II. Mengetahui ganngguan ini antara lain perubahan suhu pada cenderung menggeser kesetimbangan.
III. Mengetahui faktor yang mempengaruhi besarnya kelarutan .
IV. Mengetahui manfaat dan prinsip kerja Kalorimeter.
V. Mengetahui Rumus pengenceran pada Larutan Pekat.
C.Dasar Teori
Termodinamika adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan energy yang menyertai suatu proses fisika dan kimia. Sedangkan termokimia adalah cabang kimia yang berhubungan dengan hubungan timbal balik panas dengan reaksi kimia atau dengan perubahan keadaan fisika. Dengan cara ini termokimia berguna untuk memperkirakan perubahan energy yang terjadi dalam proses reaksi kimia, perubahan fase dan pembentukan larutan.
Hampir dalam setiap reaksi kimiaa terjadi penyerapan dan pelepasan energy. Suatu system tersebut dapat mengalami terjadinya perubahan eksoterm dan emdoterm. Perubahan eksoterm merupakan perubahan yang dapat mengalirkan kalor dari system ke lingkungan (system melepaskan kalor ke lingkungan sehingga temperature system meningkat). Sedangkan perubahan emdoterm adalah perubahan yang mampu mengalirkan kalor dari lingkungan ke system (system menerima kalor sehingga temperaturnya menurun).
Perubahan enta;pi pelarutan adalah kalor yang menyertai proses penambahan sejumlah tertentu zat terlarut terhadap zat pelarut pada suhu dan tekanan tetap. Terdapat dua macam entalpi pelarutan yaitu entalpi pelarutan integral dan entalpi pelarutan differensial. Entalpi pelarutan integral adalah perubahan entalpi jika satu mol zat terlarut dilarutkan ke dalam n mol pelarut.
Perubahan kelarutan dengan tekanan tak mempunyai arti penting yang praktis dalam anlisis anorganik kualitatif,karena semua pekerjaan dilakukan dalam bejana terbuka pada tekanan atmosfer, perubahan yang sedikit dari tekanan atmosfer tak mempunyai pengaruh yang berarti atas kelarutan.Terlebih penting adalah perubahan kelarutan dengan suhu.Umumnya dapat dikatakan bahwa kelarutan endapan bertambah besar dengan kenaikan suhu ,meskipun dalam beberapa hal yang istimewa (seperti kalium sulfat) terjadi hal yang sebaliknya. Laju kenaikan dengan suhu berbeda-bedadalam beberapa hal sangat kecil sekali dsalam hal-hal lainnya sangat besar (Vogel,1990).
Perubahan kelarutan dengan tekanan tak mempunyai arti penting yang praktis dalam anlisis anorganik kualitatif,karena semua pekerjaan dilakukan dalam bejana terbuka pada tekanan atmosfer, perubahan yang sedikit dari tekanan atmosfer tak mempunyai pengaruh yang berarti atas kelarutan.Terlebih penting adalah perubahan kelarutan dengan suhu.Umumnya dapat dikatakan bahwa kelarutan endapan bertambah besar dengan kenaikan suhu ,meskipun dalam beberapa hal yang istimewa (seperti kalium sulfat) terjadi hal yang sebaliknya. Laju kenaikan dengan suhu berbeda-bedadalam beberapa hal sangat kecil sekali dsalam hal-hal lainnya sangat besar (Vogel,1990).
Pengukuran suhu adalah ukuran atau bilangan yang menunjukka panas atau dinginnya suatu bahan.
Panas atau kalor adalah bilangan yang menunjukkan berapa kalori yang dibutuhkan/dipindahkan dari suatu bahan apabila terjadi proses pindah panas.
Pengukuran suhu suatu bahan dapat dilakukan dengan mempergunakan alat yang disebut thermometer. Termometer yang umum dipergunakan adalah thermometer air raksa, baik yang berdasarkan skala Celcius, Fahrenheit, ataupun Reamur. Thermometer air raksa ini berprinsip pada sifat memuai bahan apabila dipanaskan, sifat penyusutan bahan apabila didinginkan/suhu bahan diturunkan dan sifat bahan apabila dua bahan yang berbeda suhu bersentuhan, kedua bahan tersebut akan mempunyai suhu yang sama tingginya.
Penggunaan thermometer air raksa terbatas hanya sampai pada suhu tertentu. Thermometer ini hanya dapat mengukur suhu paling rendah sama dengan suhu beku air raksa yaitu – 40 º C. Untuk mengukur suhu yang lebih rendah dari – 40 º C dipergunakan thermometer alcohol, oleh karena titik beku alcohol yang sangat rendah yaitu – 140 º C. Akan tetapi thermometer alcohol ini tidak dapat dipergunakan untuk mengukur suhu yang tinggi . Hal ini disebabkan oleh karena titik didih alcohol yang rendah yaitu 78 º C. Termometer air raksa juga tidak dapat dipergunakan untuk mengukur suhu yang terlalu tinggi oleh karena titik didih air raksa 360 º C, sehingga apabila dikehendaki untuk mengukur suhu yang tinggi dipergunakan alat yang disebut pyrometer. Alat ini bekerja berdasarkan pemuaian benda padat akibat pemanasan.
Selain thermometer air raksa, thermometer alcohol dan pyrometer, suhu dapat juga diukur dengan mempergunakan berbagai thermometer lain seperti thermometer maksimum-minimum, thermometer diferensial, termokopel, dan thermometer gas.
Pengukuran suhu bahan dengan menggunakan thermometer biasanya langsung disentuhkan pada bahan yang akan diukur. Akibat pemuaian air raksa maka suhu bahan akan dapat dibaca pada skala yang terdapat pada thermometer tersebut.
Pengukuran suhu tinggi (lebih dari 1000 º C) dilakukan dengan mempergunakan kerucut keramik. Perubahan suhu ditunjukkan oleh perubahan letak puncak kerucut, makin lengkung puncak kerucut, makin tinggi suhu bahan yang diukur. Bentuk keucut setelah pemanasan selesai dibandingkan dengan kerucut keramik standar untuk menentukan suhu pemanasan tersebut. Kerucut keramik ini hanya dapat dipergunakan satu kali pengukuran suhu saja.
Suhu tinggi dapat diukur dari jarak jauh dengan mempergunakan alat pengukur yang disebut termocouple. Alat ini umum dijumpai pada pengukuran suhu peralatan pengolahan (suhu pengolahan). Thermocouple terbuat dari dua lapisan logam yang berbeda suhu pemuaiannya yang duhubungkan dengan meteran yang yang menunjukkan suhu. Pemuaian kedua jenis logam yang berbeda mengakibatkan pelengkungan logam yang akan tercatat pada meteran suhu. Makin tinggi perbedaan suhu, makin besar lengkungan yang terjadi. Perbedaan kawat logam yang dipergunakan akan dapat menunjukkan suhu yang berbeda.PENGUKURAN PANAS ( KALOR )Untuk mengukur kalor suatu bahan dipergunakan alat yang disebut kalorimeter. Alat ini dapat juga dipergunakan untuk mengukur kalor jenis suatu bahan, tergantung data yang diketahui dari bahan tersebut. Dalam penentuan kalor jenis dengan mempergunakan kalorimeter,
Panas atau kalor adalah bilangan yang menunjukkan berapa kalori yang dibutuhkan/dipindahkan dari suatu bahan apabila terjadi proses pindah panas.
Pengukuran suhu suatu bahan dapat dilakukan dengan mempergunakan alat yang disebut thermometer. Termometer yang umum dipergunakan adalah thermometer air raksa, baik yang berdasarkan skala Celcius, Fahrenheit, ataupun Reamur. Thermometer air raksa ini berprinsip pada sifat memuai bahan apabila dipanaskan, sifat penyusutan bahan apabila didinginkan/suhu bahan diturunkan dan sifat bahan apabila dua bahan yang berbeda suhu bersentuhan, kedua bahan tersebut akan mempunyai suhu yang sama tingginya.
Penggunaan thermometer air raksa terbatas hanya sampai pada suhu tertentu. Thermometer ini hanya dapat mengukur suhu paling rendah sama dengan suhu beku air raksa yaitu – 40 º C. Untuk mengukur suhu yang lebih rendah dari – 40 º C dipergunakan thermometer alcohol, oleh karena titik beku alcohol yang sangat rendah yaitu – 140 º C. Akan tetapi thermometer alcohol ini tidak dapat dipergunakan untuk mengukur suhu yang tinggi . Hal ini disebabkan oleh karena titik didih alcohol yang rendah yaitu 78 º C. Termometer air raksa juga tidak dapat dipergunakan untuk mengukur suhu yang terlalu tinggi oleh karena titik didih air raksa 360 º C, sehingga apabila dikehendaki untuk mengukur suhu yang tinggi dipergunakan alat yang disebut pyrometer. Alat ini bekerja berdasarkan pemuaian benda padat akibat pemanasan.
Selain thermometer air raksa, thermometer alcohol dan pyrometer, suhu dapat juga diukur dengan mempergunakan berbagai thermometer lain seperti thermometer maksimum-minimum, thermometer diferensial, termokopel, dan thermometer gas.
Pengukuran suhu bahan dengan menggunakan thermometer biasanya langsung disentuhkan pada bahan yang akan diukur. Akibat pemuaian air raksa maka suhu bahan akan dapat dibaca pada skala yang terdapat pada thermometer tersebut.
Pengukuran suhu tinggi (lebih dari 1000 º C) dilakukan dengan mempergunakan kerucut keramik. Perubahan suhu ditunjukkan oleh perubahan letak puncak kerucut, makin lengkung puncak kerucut, makin tinggi suhu bahan yang diukur. Bentuk keucut setelah pemanasan selesai dibandingkan dengan kerucut keramik standar untuk menentukan suhu pemanasan tersebut. Kerucut keramik ini hanya dapat dipergunakan satu kali pengukuran suhu saja.
Suhu tinggi dapat diukur dari jarak jauh dengan mempergunakan alat pengukur yang disebut termocouple. Alat ini umum dijumpai pada pengukuran suhu peralatan pengolahan (suhu pengolahan). Thermocouple terbuat dari dua lapisan logam yang berbeda suhu pemuaiannya yang duhubungkan dengan meteran yang yang menunjukkan suhu. Pemuaian kedua jenis logam yang berbeda mengakibatkan pelengkungan logam yang akan tercatat pada meteran suhu. Makin tinggi perbedaan suhu, makin besar lengkungan yang terjadi. Perbedaan kawat logam yang dipergunakan akan dapat menunjukkan suhu yang berbeda.PENGUKURAN PANAS ( KALOR )Untuk mengukur kalor suatu bahan dipergunakan alat yang disebut kalorimeter. Alat ini dapat juga dipergunakan untuk mengukur kalor jenis suatu bahan, tergantung data yang diketahui dari bahan tersebut. Dalam penentuan kalor jenis dengan mempergunakan kalorimeter,
Azas Black dapat dipergunakan yaitu ;
a. apabila dua bahan bersentuhan,maka bahan yang bersuhu lebih tinggi akan memberikan kalor kepada bahan yang bersuhu lebih rendah (lebih dingin) sedemikian banyaknya sehingga suhu kedua bahan tersebut menjadi sama.
b. Jumlah kalor yang diterima oleh bahan yang lebih dingin sama dengan jumlah kalor yang dilepaskan oleh bahan yang lebih panas atau kalor yang diterima = kalor yang diberikan
c. Sebuah bahan yang didinginkan (diturunkan suhunya) sebesar t º C, akan melepaskan kalor sebanyak yang akan diterima oleh bahan tersebut apabila dipanaskan (suhunya dinaikkan) sebesar t º C.
Kalorimeter adalah sebuah pasu yang terbuat dari tembaga yang diletakkan di dalam sebuah pasu lain yang lebih besar. Pasu tembaga diletakkan di atas gabus sehingga kedua pasu dibatasi oleh lapisan udara dan gabus.
Pasu yang berada diluar (pasu besar) dapat pula dilapisi/diselimuti dengan kapas.
Kapas, gabus dan udara merupakan penghantar panas yang buruk, maka pemindahan panas ke sekitarnya dapat dibuat sekecil mungkin. Kalorimeter ini juga dilengkapi dengan sebuah pengaduk dan sebuah thermometer.
Kedalam calorimeter diisikan air sebanyak p gram. Suhu awal air didalam calorimeter diukur, misalnya sama dengan t1 º C. Selanjutnya sepotong besi dipanaskan sampai 100 º C. yaitu dengan mencelupkan besi tersebut selama beberapa saat didalam air mendidih. Besi panas ini kemudian segera dimasukkan kedalam calorimeter, selanjutnya diaduk-aduk sampai suhu calorimeter tidak naik lagi. Hal ini berarti bahwa suhu besi sama dengan suhu calorimeter. Apabila calorimeter,, thermometer dan pengaduk menyerap kalor sebanyak H (=harga air calorimeter, thermometer dan pengaduk), maka harga air calorimeter seluruhnya ditambah dengan harga air, adalah sama dengan (p+H). apabila suhu akhir yang tercatat oleh thermometer = t2 º C, maka jumlah kalor yang diserap oleh kalorimeter adalah (p+H)( t2 – t1) kalori. Apabila berat besi sama dengan q gram, maka setelah suhu akhir jumlah kalor yang dilepaskan oleh besi adalah q x c x (100 – t2) kalori., c adalah kalor jenis besi yang akan dicari. Menurut Azas Black, kalor yang diterima sama dengan kalor yang dilepaskan, sehingga :
(H + p)( t2 – t1) = q x c x (100 – t2)
Apabila H (harga air kalorimeter, thermometer dan pengaduk), p (berat air), t1 (suhu awal air), t2 (suhu akhir), q (berat besi), maka kalor jenis besi ( c ) dapat dihitung. Apabila H (harga air calorimeter, pengaduk dan thermometer) tidak diketahui, maka harga air ini harus ditentukan terlebih dahulu, dengan mempergunakan pengulangan percobaan seperti diatas, dengan berat air yang berbeda. Missal berat air pada percobaan ulangan p’ dengan suhu awal t1’ dan suhu akhir t2’ maka hasil persobaan ulangan memberikan persamaan :
(H + p) (t2’– t1’) = q x c x (100 – t2)
Dari percobaan pertama dan percobaan ulangan diperoleh dua persamaan dengan dua bilangan yang tidak diketahui (H dan c); Dengan cara yang sama dapat juga ditentukan kalor jenis bahan cair, apabila kalor jenis bahan padat yang dipanasi diketahui.
Pengukuran kalor jenis gas dilakukan dengan dua cara oleh karena kalor jenis gas pada tekanan yang tetap (cp) berbeda dengan kalor jenis gas pada volume yang tetap (cv). Pada umumnya jumlah kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan gas pada tekanan tetap lebih besar dari pada kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan gas pada volume yang tetap.
Perbedaan kalor jenis gas ini terjadi oleh karena apabila gas dipanasi, maka akan terjadi pemuaian gas, sehingga mengalami perubahan volume dan tekanannya. Untuk menghitung cp, dari berbagai percobaan diperoleh persamaan :
(H + p)(t2 – t1) = q x cp x (t – t’)
H adalah harga air kalorimeter, p berat air dalam kalorimeter, t1 suhu awal, t2 suhu akhir kalorimeter, t’ suhu rata-rata gas yaitu suhu gas ketika keluar dari kalorimeter (ta) dan suhu gas pada akhir (tb) sehingga t’ = (ta + tb) / 2 , tb adalah suhu awal gas dan q adalah berat gas.
Penentuan cv dilakukan dengan membandingkannya dengan cp sehingga diperoleh suatu konstanta k = cp / cv. Perbandingan antara cp dengan cv untuk kebanyakan gas hampir sama, sehingga apabila cp dapat ditentukan melalui percobaan, k diketahui maka cv dapat dihitung.
a. apabila dua bahan bersentuhan,maka bahan yang bersuhu lebih tinggi akan memberikan kalor kepada bahan yang bersuhu lebih rendah (lebih dingin) sedemikian banyaknya sehingga suhu kedua bahan tersebut menjadi sama.
b. Jumlah kalor yang diterima oleh bahan yang lebih dingin sama dengan jumlah kalor yang dilepaskan oleh bahan yang lebih panas atau kalor yang diterima = kalor yang diberikan
c. Sebuah bahan yang didinginkan (diturunkan suhunya) sebesar t º C, akan melepaskan kalor sebanyak yang akan diterima oleh bahan tersebut apabila dipanaskan (suhunya dinaikkan) sebesar t º C.
Kalorimeter adalah sebuah pasu yang terbuat dari tembaga yang diletakkan di dalam sebuah pasu lain yang lebih besar. Pasu tembaga diletakkan di atas gabus sehingga kedua pasu dibatasi oleh lapisan udara dan gabus.
Pasu yang berada diluar (pasu besar) dapat pula dilapisi/diselimuti dengan kapas.
Kapas, gabus dan udara merupakan penghantar panas yang buruk, maka pemindahan panas ke sekitarnya dapat dibuat sekecil mungkin. Kalorimeter ini juga dilengkapi dengan sebuah pengaduk dan sebuah thermometer.
Kedalam calorimeter diisikan air sebanyak p gram. Suhu awal air didalam calorimeter diukur, misalnya sama dengan t1 º C. Selanjutnya sepotong besi dipanaskan sampai 100 º C. yaitu dengan mencelupkan besi tersebut selama beberapa saat didalam air mendidih. Besi panas ini kemudian segera dimasukkan kedalam calorimeter, selanjutnya diaduk-aduk sampai suhu calorimeter tidak naik lagi. Hal ini berarti bahwa suhu besi sama dengan suhu calorimeter. Apabila calorimeter,, thermometer dan pengaduk menyerap kalor sebanyak H (=harga air calorimeter, thermometer dan pengaduk), maka harga air calorimeter seluruhnya ditambah dengan harga air, adalah sama dengan (p+H). apabila suhu akhir yang tercatat oleh thermometer = t2 º C, maka jumlah kalor yang diserap oleh kalorimeter adalah (p+H)( t2 – t1) kalori. Apabila berat besi sama dengan q gram, maka setelah suhu akhir jumlah kalor yang dilepaskan oleh besi adalah q x c x (100 – t2) kalori., c adalah kalor jenis besi yang akan dicari. Menurut Azas Black, kalor yang diterima sama dengan kalor yang dilepaskan, sehingga :
(H + p)( t2 – t1) = q x c x (100 – t2)
Apabila H (harga air kalorimeter, thermometer dan pengaduk), p (berat air), t1 (suhu awal air), t2 (suhu akhir), q (berat besi), maka kalor jenis besi ( c ) dapat dihitung. Apabila H (harga air calorimeter, pengaduk dan thermometer) tidak diketahui, maka harga air ini harus ditentukan terlebih dahulu, dengan mempergunakan pengulangan percobaan seperti diatas, dengan berat air yang berbeda. Missal berat air pada percobaan ulangan p’ dengan suhu awal t1’ dan suhu akhir t2’ maka hasil persobaan ulangan memberikan persamaan :
(H + p) (t2’– t1’) = q x c x (100 – t2)
Dari percobaan pertama dan percobaan ulangan diperoleh dua persamaan dengan dua bilangan yang tidak diketahui (H dan c); Dengan cara yang sama dapat juga ditentukan kalor jenis bahan cair, apabila kalor jenis bahan padat yang dipanasi diketahui.
Pengukuran kalor jenis gas dilakukan dengan dua cara oleh karena kalor jenis gas pada tekanan yang tetap (cp) berbeda dengan kalor jenis gas pada volume yang tetap (cv). Pada umumnya jumlah kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan gas pada tekanan tetap lebih besar dari pada kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan gas pada volume yang tetap.
Perbedaan kalor jenis gas ini terjadi oleh karena apabila gas dipanasi, maka akan terjadi pemuaian gas, sehingga mengalami perubahan volume dan tekanannya. Untuk menghitung cp, dari berbagai percobaan diperoleh persamaan :
(H + p)(t2 – t1) = q x cp x (t – t’)
H adalah harga air kalorimeter, p berat air dalam kalorimeter, t1 suhu awal, t2 suhu akhir kalorimeter, t’ suhu rata-rata gas yaitu suhu gas ketika keluar dari kalorimeter (ta) dan suhu gas pada akhir (tb) sehingga t’ = (ta + tb) / 2 , tb adalah suhu awal gas dan q adalah berat gas.
Penentuan cv dilakukan dengan membandingkannya dengan cp sehingga diperoleh suatu konstanta k = cp / cv. Perbandingan antara cp dengan cv untuk kebanyakan gas hampir sama, sehingga apabila cp dapat ditentukan melalui percobaan, k diketahui maka cv dapat dihitung.
D.Alat Dan Bahan.
ü Nama Bahan
No
|
Nama Bahan
|
Ukuran
|
Jumlah
|
1
|
Buret
|
50 ml
|
1
|
2
|
Termometer
|
Sedang
|
2
|
3
|
Gelas kimia
|
1 liter
100 ml
|
1
6
|
4
|
Corong
|
Sedang
|
2
|
5
|
Bunsen
|
Sedang
|
1
|
6
|
Penangas
|
Sedang
|
1
|
7
|
Pipet tetes
|
Sedang
|
4
|
8
|
Erlemeyer
|
100 ml
250 ml
|
10
2
|
9
|
Kaca arloji
|
Sedang
|
4
|
10
|
Batang pengaduk
|
Sedang
|
1
|
11
|
Labu ukur
|
250 ml
100 ml
|
1
1
|
ü Nama Bahan
No
|
Nama bahan
|
konsentrasi
|
jumlah
|
1
|
Air
|
-
|
300 ml
|
2
|
NaOH
|
0,5 M
|
250 ml
|
3
|
Indikator PP
|
1 %
|
15 tetes
|
4
|
Asam oksalat
|
0,5 M
|
50 ml
|
5
|
Es batu
|
-
|
secukupnya
|
E.Gambar percobaan dan hasil pengamatan
F.Hasil dan Pembahasan
Pengenceran adalah pencampuran larutan pekat (berkonsentrasi tinggi) dengan pelarut umum yang bertujuan untuk meningkatkan volume dari larutan dan menurunkan kepekatan larutan. Pelarut ialah senyawa yang mendominasi jumlahnya dalam suatu larutan, contohnya garam yang dilarutkan dalam air, maka pelarutnya ialah air yang jumlahnya lebih banyak. Jika suatu larutan senyawa kimia dilarutkan dalam pelarut, terkadang dilepaskan sejumlah panas(eksotermik). Contohnya saja pada pengenceran NaOH dan C2 H2O4. Maka salah satu teknik dasar laboraturium yang diperlukan ialah melakukan penambahan asam oksalat ke dalam pelarutnya(air) dan tidak boleh sebaliknya, karena jika air yang dituangkan ke dalam asam oksalat, asam oksalat akan memercik karena reaksi kimia eksotermik yang tejadi. Percikan zat asam ini berbahaya dan dapat merusak kulit. (Braddy, 1999)
Pada percobaan ini kita mennggunakan NaOH padatan 1 M .Pertama kita mencari gramnya dulu dengan rumus Molaritas.Kita akan melarutkan NaOH menjadi 0,5 M dengan volume 250 ml.
Menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 Liter ( 1000 miliLiter ) larutan.
M = gr /Mr
M = molaritas (M)
gr = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
Pengenceran merupakan penambahan pelarut ke dalam suatu larutan. Prinsip dasar dari pengenceran ialah jumlah mol dari zat terlarut tidak akan berubah, shingga dapat dirumuskan dalam persaman:
Rumus sederhana pengenceran sebagai berikut :
Pengenceran merupakan penambahan pelarut ke dalam suatu larutan. Prinsip dasar dari pengenceran ialah jumlah mol dari zat terlarut tidak akan berubah, shingga dapat dirumuskan dalam persaman:
Rumus sederhana pengenceran sebagai berikut :
M1V1 = M2V2
M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan
V1 = Volume larutan sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2 = Volume Molaritas larutan sesudah pelarutan
V1 = Volume larutan sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2 = Volume Molaritas larutan sesudah pelarutan
Setelah di hitung semuanya berdasarkan rumus yang di ketahui maka dapat menyimpulkan berapa volume yang kita inginkan.Begitu juga dengan Asam oksalat dalam bentuk padatan dengan 1 M Dengan menggunakan rumus yang sama seperti percobaan pertama tetapi Asam oksalat di encerkan (0,5 M) 50 ml.
Teknik Pengenceran daat dicontohkan pada proses preparasi Boehmite oleh hidrotermal dimana pengolahannya dibantu oleh sol-gel yang berasal dari alumunium alkoksida. Teknik pengenceran tersebut dijelaskan secara lebih rinci terutama pada proses hidrolisis. Untuk hidrolisis menggunakan hidrothermal, alumunium alkoksida diencerkan dengan toluen kemudian ditampung dalam wadah kaca. Wadah kaca tersebut kemudian diletakkan di sebuah baja stainless. Alumunium alkoksida yang telah terhidrolisis kemudian akan berdifusi dengan air menjadi larutan alumunium alkoksida pada kondisi hidrothermal. (Amin's dan Mirzae, 2005)
Dalam Pembuatan larutan baku dengan konsentrasi tertentu sering diperoleh konsentrasi yang tidak diinginkan. Maka untuk mengetahui konsentrasi yang sebenarnya, perlu kita lakukan standarisasi. Standarisasi larutan sering dilakukan dengan metode titrasi. (Somishin, 1975)
Setiap zat padat, cair, atau gas memiliki kemampuan larut yang berbeda-beda pada setiap pelarut. Perbedaan wujud ini juga membeirkan indikasi bahwa pelarutan suatu senyawa harus menggunakan cara cara tertentu. Rencana dan prosedur dari setiap pelarutannya pun berbeda-beda, berkembang sesuai dengan sifat larut dari senyawa yang terlibat. Sifat analisis atau eksperimen yang diterapkan disesuaikan dengan reaksi tertentu agar analisis tersebut dapat memberikan hasil yang dapat diteliti dengan benar. Maka selain harus mengetahui persamaan reaksi kimia yang terjadi, alat-alat laboraturium yang digunakan juga harus dipilih agar dapat diperoleh hasil yang valid. Selain itu, pembuatan stok pereaksi berupa larutan harus menggunakan teknik atau cara pembuatan tertentu yang disesuaikan dengan sifat larutan yang ditangani.
Setiap zat padat, cair, atau gas memiliki kemampuan larut yang berbeda-beda pada setiap pelarut. Perbedaan wujud ini juga membeirkan indikasi bahwa pelarutan suatu senyawa harus menggunakan cara cara tertentu. Rencana dan prosedur dari setiap pelarutannya pun berbeda-beda, berkembang sesuai dengan sifat larut dari senyawa yang terlibat. Sifat analisis atau eksperimen yang diterapkan disesuaikan dengan reaksi tertentu agar analisis tersebut dapat memberikan hasil yang dapat diteliti dengan benar. Maka selain harus mengetahui persamaan reaksi kimia yang terjadi, alat-alat laboraturium yang digunakan juga harus dipilih agar dapat diperoleh hasil yang valid. Selain itu, pembuatan stok pereaksi berupa larutan harus menggunakan teknik atau cara pembuatan tertentu yang disesuaikan dengan sifat larutan yang ditangani.
Percobaan yang kedua yaitu Standarisasi.Standarisasi yang kita lakukan pada percobaan ini Natrium Hidroksida dengan Asam oksalat di ulang 3x dengan menggunakan titrasi dengan penambahan indikator pp yang di campurkan dengan asam oksalat.
Praktikum kelarutan sebagai fungsi suhu ini bertujuan untuk menentukan pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu zat dan menghitung panas pelarutannya. Zat yang digunakan pada praktikum ini adalah asam oksalat. Digunakan asam oksalat karena kelarutannya sangat sensitive terhadap suhu sehingga dengan berubahnya suhu, kelarutan asam oksalat juga akan berubah selain itu asam oksalat memiliki kelarutan yang kecil bila dilarutkan dalam air.
Asam oksalat masing-masing 5 ml dengan suhu yang berbeda yaitu dengan 6 percobaan menggunakan titrasi setiap suhu berbeda NaOh yang di tetesi .Dan tidak bisa di prediksi apakah suhu yang tinggi akan menggunakan titrasi NaOH dalam ml yang tinggi juga.
Karena Pada saat pembuatan larutan jenuh yang perlu diperhatikan adalah larutan jangan sampai lewat jenuh, sehingga endapat yang dihasilkan tidak terlalu banyak. Untuk larutan jenuh, setelah terjadi kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat yang tidak larut maka dalam kesetimbangan tersebut kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengendap yang artinya konsentrasi zat dalam larutan akan selalu tetap. Tetapi apabila kesetimbangan diganggu misalnya dengan cara suhunya dirubah, maka konsentrasi larutan akan berubah.asam oksalat dilarutkan sedikit demi sedikit hingga asam oksalatnya tidak dapat larut lagi dalam aquades tersebut. Larutan yang diperoleh tersebut merupakan larutan jenuh.
G.Kesimpulan.
Kelarutan zat menurut suhu sangat berbeda-beda.Pada suhu tertentu larutan jenuh yang bersentuhan dengan zat terlarut yang tidak terlarut dalam larutan itu adalah sebuah contoh mengenai kesetimbangan dinamik.karena di hadapkan dengan sistem kesetimbangan dapat menggunakan prinsip ke chatelier untuk menganalisis bagaimana gangguan itu pada sistem akan mempengaruhi kedudukan kesetimbangan .Ganngguan ini antara lain perubahan suhu pada cenderung menggeser kesetimbangan ke arah penyerap kalor.
Jika pelarut dari zat terlarut lebih banyak merupakan peristiwa endoterm,seperti dinyatakan dalam persamaan kalor + zat terlarut +larutan.
Besarnya kelarutan di pengaruhi oleh faktor :
· Jenis pelarut dan zat terlarut : Bila zat pelarut sesuai dengan zat terlarut maka kelarutannya semakin besar.
· Temperatur :Semakin tinggi temperatur maka akan semakin besar kelarutannya.
· Pengadukan : Semakin besar frekuensi pengadukan maka semakin banyak zat yang terlarut.
DAFTAR PUSTAKA
I. Atkins, P.W, 1999. Kimia Fisika Jilid I. Erlangga. Jakarta.
II. Kurniawan, Fitri.,dkk, 2010, ”Perpindahan Panas dan Massa di Dalam Falling Film Evaporator Campuran Black Liquor- Udara”, Laboratorium Perpindahan Panas dan Massa, Teknik Kimia, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
III. Petrucci, 1987. Kimia Dasar Jilid I. Erlangga. Jakarta.
IV. Radya.,dkk, 2008. ”Analisa Transfer Massa Disertai Reaksi Kimia pada Absorbsi CO2 dengan Larutan Potassium Karbonat dalam Packed Column”. Laboratorium Perpindahan Massa, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri ITS, Vol. 2, No. 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar