Lirik lagu
Halogen (Jigle Bless)
Ding dong ding lonceng berbunyi
ku sambut bahagia pada Halogen yang di sebut juga golongan 7
Ku buka Spu penuh bahagia
melihat unsur-unsur pada Halogen
Burung bernyayi kegunaan halogen
menambah kesyahduan di Halogen ini
fluorin di gunakan untuk makanan
klorin untuk bahan api
bromin untuk fotografi
Iodin untuk anti septik
Burung bernyayi sifat-sifat halogen
semua unsur halogen dapat membentuk senyawa
semua unsur halogen bereaksi dengan hidrogen dan unsur logam
Burung bernyanyi halogen berbagai warna
Fluorin dan klorin berupa gas,bromin berupa zat cair,Iodin berupa zat padat
Halogen mempunyai warna dan aroma tertentu
fluorin berwarna kuning muda
klorin berwarna hijau muda
bromin berwarna merah tua
iodin padat berwarna hitam
uap iodin berwarna ungu
Ding dong ding lonceng berbunyi
ku sambut bahagia pada Halogen
Kamis, 28 Januari 2016
Laporan Praktikum Termokimia
Laporan Praktikum KIMIA FISIK 1 Termokimia
Laporan Praktikum
KIMIA FISIK 1
Termokimia
Di susun oleh
Nama :
Rosanni Sinurat
Nim : 1416150011
Dosen
pembingbing : Leony.S.L.Purba Mpd.
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Indonesia
A.Judul Percobaan : Termokimia
B.Tujuan Percobaan :•
Menganalisis perubahan entalpi yang terjadi
• Mengidentifikasi persamaan pada suatu reaksi kimia
• Mengidentifikasi apakah yang terjadi adalah perubahan eksoterm atau endoterm
• Mengukur perubahan entalpi (ΔH) menggunakan Kalorimeter sederhana
• Mengidentifikasi persamaan pada suatu reaksi kimia
• Mengidentifikasi apakah yang terjadi adalah perubahan eksoterm atau endoterm
• Mengukur perubahan entalpi (ΔH) menggunakan Kalorimeter sederhana
C.Dasar
Teori
Termokimia adalah cabang dari termodinamika karena
tabung reaksi dan isinya membentuk sistem. Jadi, kita dapat mengukur energi
yang dihasilkan oleh reaksi sebagai kalor yang dikenal sebagai q, bergantung
pada kondisinya apakah dengan perubahan energi dalam atau perubahan entalpi.
(Atkins, 1999)
Termokimia mempelajari perubahan panas yang mengikuti reaksi kimia dan perubahan-perubahan fisika(pelarutan, peleburan, dan sebagainya). Satuan tenaga panas biasanya dinyatakan sebagai kalor, joule, atau kilokalori. (Sukardjo, 1997)
Reaksi kimia yang menyangkut pemecahan dan atau pembentukkan ikatan kimia selalu berhubungan dengan penyerapan atau pelepasan panas. Panas reaksi adalah banyaknya panas yang dilepaskan atau diserap ketika reaksi kimia berlangsung. (Bird, 1993)
o Entalpi
Perubahan entalpi pada saat sistem mengalami perubahan fisika atau kimia biasanya dilaporkan untuk proses yang terjadi pada sekumpulan kondisi standar. Dalam banyak pembahasan kita akan memperhatikan perubahan entalpi standar ∆H0 yaitu perubahan entalpi untuk proses yang zat awal dan akhirnya ada dalam keadaan standar. (Atkins, 1999)
Reaksi eksotermik adalah reaksi yang melepas panas. Jika reaksi berlangsung pada suhu tetap, berdasarkan perjanjian ∆H akan bernilai negatif karena kandungan panas dari sistem akan menurun. Sebaliknya, pada reaksi endotermik yaitu reaksi yang membutuhkan panas, berdasarkan perjanjian ∆H akan bernilai positif. (Bird, 1993)
Panas dilepaskan ke lingkungan atau diterima dari lingkungannya sekitar oleh sistem dalam isohorik atau isobarik dan apabila suhu pertama sama dengan suhu kedua kondisi ini disebut isotermal kalor reaksi. Syarat berikut yang harus dilakukan saat proses berlangsung : a) suhu dari produk dan reaktan harus sama, b) semua jenis kerja harus dimasukkan pada proses reaksi. Perubahan panas ditunjukan oleh perubahan kalorimeter. (Aleksishvili dan Sidamonidze, 2002).
Qv = - Cv cal × Δtcal ...(1)
o Panas Reaksi
Panas reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan energi, produk, dan reaktan pada volume konstan (∆E) atau pada tekanan konstan (∆H). Panas reaksi dapat dinyatakan dengan kalorimeter. Harga ∆E diperoleh apabila reaksi dilakukan dengan kalorimeter bom, yaitu pada volume konstan dan ∆H adalah panas reaksi yang diukur pada tekanan konstan, dalam gelas piala atau labu ukur yang diisolasi. Karena proses diperinci dengan baik maka panas yang dilepaskan hanyalah fungsi-fungsi keadaan yaitu Qp = ∆H atau Qv = ∆E. Besaran ini dapat diukur oleh persamaan : (Dogra dan Dogra, 1990)
Q = ΔE atau ΔH = T1 T2 Δ Ci (produk, kalorimeter) dT ...(2)
Dimana Ci dapat berupa Cv untuk pengukuran E dan Cp untuk H. Dalam banyak percobaan, Ci untuk kalorimeter dijaga tetap konstan. Panas reaksi dapat dibedakan menjadi: (Bird, 1993)
Ø Panas pembentukan
Entalpi pembentukan molar standar (∆Hf) suatu senyawa adalaha banyaknya panas yang diserap atau dilepaskan kerika 1 mol senyawa tersebut dibentuk unsur-unsurnya dalam keadaaan standar.
Ø Panas pembakaran
Panas pembakaran suatu unsur atau senyawa adalah banyaknya panas yang dilepaskan ketika 1 mol unsur atau senyawa tersebut terbakar sempurna dalam oksigen.
Ø Panas netralisasi
Panas netralisasi dapat didefinisikan sebagai jumlah panas yang dilepas ketika 1 mol air terbentuk akibat reaksi netralisasi asam oleh basa atau sebaliknya. Panas netralisasi terjadi dalam larutan asam kuat dan basa kuat dengan sedikit air ternyata berharga konstan. Hal ini disebabkan karena asam kuat dan basa kuat akan mudah terdissosiasi sempurna dalam bentuk ion di dalam larutan.
Ø Panas pelarutan
Jenis panas reaksi yang lain adala panas yang dilepas atau diserap ketika 1mol senyawa dilarutkan dalam pelarut berlebih yaiyu sampai suatu keadaan dimana pada penambahan pelarut selanjutnya tidak ada panas yang diserap atau dilepaskan lagi. Panas pelaruta ada 2 macam yaitu panas pelarutan integral dan panas pelarutan differensial. Besarnya panas pelarutan bergantung pada jumlah mol pelarut dan zat terlarut.
Ø Panas pengenceran
Panas pengenceran adalah banyaknya panas yang dilepaskan atau diserap ketika suatu zat atau larutan diencerkan dalam batas konsentrasi tertentu.
Termokimia mempelajari perubahan panas yang mengikuti reaksi kimia dan perubahan-perubahan fisika(pelarutan, peleburan, dan sebagainya). Satuan tenaga panas biasanya dinyatakan sebagai kalor, joule, atau kilokalori. (Sukardjo, 1997)
Reaksi kimia yang menyangkut pemecahan dan atau pembentukkan ikatan kimia selalu berhubungan dengan penyerapan atau pelepasan panas. Panas reaksi adalah banyaknya panas yang dilepaskan atau diserap ketika reaksi kimia berlangsung. (Bird, 1993)
o Entalpi
Perubahan entalpi pada saat sistem mengalami perubahan fisika atau kimia biasanya dilaporkan untuk proses yang terjadi pada sekumpulan kondisi standar. Dalam banyak pembahasan kita akan memperhatikan perubahan entalpi standar ∆H0 yaitu perubahan entalpi untuk proses yang zat awal dan akhirnya ada dalam keadaan standar. (Atkins, 1999)
Reaksi eksotermik adalah reaksi yang melepas panas. Jika reaksi berlangsung pada suhu tetap, berdasarkan perjanjian ∆H akan bernilai negatif karena kandungan panas dari sistem akan menurun. Sebaliknya, pada reaksi endotermik yaitu reaksi yang membutuhkan panas, berdasarkan perjanjian ∆H akan bernilai positif. (Bird, 1993)
Panas dilepaskan ke lingkungan atau diterima dari lingkungannya sekitar oleh sistem dalam isohorik atau isobarik dan apabila suhu pertama sama dengan suhu kedua kondisi ini disebut isotermal kalor reaksi. Syarat berikut yang harus dilakukan saat proses berlangsung : a) suhu dari produk dan reaktan harus sama, b) semua jenis kerja harus dimasukkan pada proses reaksi. Perubahan panas ditunjukan oleh perubahan kalorimeter. (Aleksishvili dan Sidamonidze, 2002).
Qv = - Cv cal × Δtcal ...(1)
o Panas Reaksi
Panas reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan energi, produk, dan reaktan pada volume konstan (∆E) atau pada tekanan konstan (∆H). Panas reaksi dapat dinyatakan dengan kalorimeter. Harga ∆E diperoleh apabila reaksi dilakukan dengan kalorimeter bom, yaitu pada volume konstan dan ∆H adalah panas reaksi yang diukur pada tekanan konstan, dalam gelas piala atau labu ukur yang diisolasi. Karena proses diperinci dengan baik maka panas yang dilepaskan hanyalah fungsi-fungsi keadaan yaitu Qp = ∆H atau Qv = ∆E. Besaran ini dapat diukur oleh persamaan : (Dogra dan Dogra, 1990)
Q = ΔE atau ΔH = T1 T2 Δ Ci (produk, kalorimeter) dT ...(2)
Dimana Ci dapat berupa Cv untuk pengukuran E dan Cp untuk H. Dalam banyak percobaan, Ci untuk kalorimeter dijaga tetap konstan. Panas reaksi dapat dibedakan menjadi: (Bird, 1993)
Ø Panas pembentukan
Entalpi pembentukan molar standar (∆Hf) suatu senyawa adalaha banyaknya panas yang diserap atau dilepaskan kerika 1 mol senyawa tersebut dibentuk unsur-unsurnya dalam keadaaan standar.
Ø Panas pembakaran
Panas pembakaran suatu unsur atau senyawa adalah banyaknya panas yang dilepaskan ketika 1 mol unsur atau senyawa tersebut terbakar sempurna dalam oksigen.
Ø Panas netralisasi
Panas netralisasi dapat didefinisikan sebagai jumlah panas yang dilepas ketika 1 mol air terbentuk akibat reaksi netralisasi asam oleh basa atau sebaliknya. Panas netralisasi terjadi dalam larutan asam kuat dan basa kuat dengan sedikit air ternyata berharga konstan. Hal ini disebabkan karena asam kuat dan basa kuat akan mudah terdissosiasi sempurna dalam bentuk ion di dalam larutan.
Ø Panas pelarutan
Jenis panas reaksi yang lain adala panas yang dilepas atau diserap ketika 1mol senyawa dilarutkan dalam pelarut berlebih yaiyu sampai suatu keadaan dimana pada penambahan pelarut selanjutnya tidak ada panas yang diserap atau dilepaskan lagi. Panas pelaruta ada 2 macam yaitu panas pelarutan integral dan panas pelarutan differensial. Besarnya panas pelarutan bergantung pada jumlah mol pelarut dan zat terlarut.
Ø Panas pengenceran
Panas pengenceran adalah banyaknya panas yang dilepaskan atau diserap ketika suatu zat atau larutan diencerkan dalam batas konsentrasi tertentu.
D.Alat dan
Bahan.
ü Nama Alat
No
|
Nama Alat
|
Ukuran
|
Jumlah
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
Gelas kimia
Kalorimeter
Termometer
Batang pengaduk
Corong
Gelas ukur
Labu ukur
Timbangan
|
100 ml
500ml
sedang
sedang
sedang
sedang
500 ml
50 ml
sedang
|
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
2 buah
1 buah
3 buah
2 buah
1 buah
|
ü Nama Bahan
No
|
Nama Bahan
|
Konsentrasi
|
Jumlah
|
1
2
3
|
Air
NaOH
HCl
|
1 M
1 M
|
22 ml
50 ml
22 ml
|
E.Prosedur
Kerja
1.Masukkan NaOH (1M) 25 ml ke dalam
tabung reaksi.Perhatikan suhu termometer ukur suhu Awal dan suhu Akhir
2.Masukkan
NaOH yang sudah di ukur ke dalam kalorimeter
3.Masukkan HCl (1M) 25 ml ke dalam
tabung reaksi.Perhatiakn suhu awal dan suhu akhir.
4.Masukkan HCl (1M) 25 ml ke dalam
kalorimeter yang berisi NaOH.Perhatikan suhu awal dan suhu akhir.
F.Gambar Percobaan.
G.Data Pengamatan :
No.
|
Bahan Percobaan
|
Pengamatan
|
Keterangan (ekso/endo)
|
||
T-awal
|
T-akhir
|
Ciri reaksi kimia
|
|||
1.
|
NaOH (1M) 25 ml
|
30o
|
61o
|
suhu
semakin panas.
|
Eksoterm
|
2.
|
HCl (1M) 25 ml
|
30o
|
31o
|
suhu
semakin panas.
|
Eksoterm
|
3.
|
NaOH +HCl
|
30o
|
62o
|
Suhu
semakin menurun
|
Eksoterm
|
H.Hasil dan Pembahasan
Menentukan perubahan reaksi eksoterm dan endoterm.
Pada reaksi diatas mula-mula
NaOH bersuhu 30o setelah
NaOH(aq) di masukkan ke dalam tabung reaksi kemudian di ukur suhunya
bertambah menjadi 61o, kenaikan
suhu 31o yang berarti pada reaksi ini suhu
campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat-zat kimia yang
bersangkutan akan turun. Selanjutnya, sistem melepaskan kalor ke lingkungannya.
Jadi dapat disimpulkan pada reaksi ini termasuk jenis reaksi eksoterm.
Pada reaksi diatas termometer dengan suhu 29o kemudian
HCl di masukkan ke dalam tabung reaksi dengan suhu 33o, kenaikan suhu 4o Jadi dapat disimpulkan pada
reaksi ini juga termasuk jenis reaksi eksoterm.
Reaksi Eksoterm dan Endoterm
1. Reaksi Eksoterm
· Reaksi
yang membebaskan kalor
· Suhu
sistem > suhu lingkungan
· Kalor
berpindah dari sistem ke lingkungan
· Disertai
kenaikan suhu
· Penulisan
persamaan reaksinya :
A + B → C dibebaskan kalor 10 kj (misalnya)
A + B → C
+10kj (dibebaskan kalor)
Reaktan = produk +10kj
r
> p
∆H =
Hp – Hr
Kecil – Besar
∆H = – (negatif)
2. Reaksi Endoterm
· Reaksi
yang memerlukan kalor
· Suhu
sistem < suhu lingkungan
· Kalor
berpindah dari lingkungan kesistem
· Disertai
penurunan suhu
· Penulisan
persamaan reaksinya :
A + B +25kj → C
A + B → C -25kj
r
= p-25kj
r
< p
∆H
= Hp– Hr
Besar – Kecil
∆H
= positif (+)
H.Kesimpulan
Kalorimeter adalah
suatu alat untuk mengukur jumlah kalor yang diserap atau dibebaskan sistem.
Data H reaksi yang terdapat pada tabel-tabel pada umumnya ditentukan
secara kalorimetri. Kalorimeter sederhana dapat dibuat dari wadah yang
bersifat isolator (tidak menyerap kalor). Sehingga wadah dianggap tidak
menyerap kalor pada saat reaksi berlangsung.
Setelah
pemaparan materi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa reaksi eksoterm adalah
reaksi dengan sistem melespakan kalor ke lingkungannya, yang mengakibatkan suhu
meningkat. Sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi kimia dengan system menyerap
kalor dari lingkungannya, yang mengakibatkan suhu menurun.
Pengukuran suhu adalah ukuran atau bilangan yang menunjukka panas atau
dinginnya suatu bahan.Panas atau kalor adalah bilangan yang menunjukkan berapa
kalori yang dibutuhkan/dipindahkan dari suatu bahan apabila terjadi proses
pindah panas.
Untuk mencari perubahan entalpi suatu
reaksi,kita perlu mencari kalor yang di hasilkan atau di butuhkan dalam reaksi
tersebut serta jumlah mol larutan yang bereaksi
Untuk mencari kalor reaksi,kita perlu
mencari perubahan suhu pada reaksi dan massa larutan.
I.Lampiran
DAFTAR PUSTAKA
Purwandari,
Endhah. 2013. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Jember :
Universitas Jember.
Purwoko
dan Fendi. 2007. Fisika SMA / MA Kelas X. Jakarta : Yudhistira.
Sunaryono
dan Ahmad Taufiq. 2010. Super Tips dan Trik Fisika SMA. Jakarta :
KAWAHmedia.
Wahyuni,
Sri. 2010. Modul Termodinamika FKIP Universitas Jember. Jember :
Universitas Jember.
Laporan Praktikum kesetimbangan kimia
Laporan Praktikum
Kimia Fisik 1
Kesetimbangan Kimia
Nama Praktikan :
Rosanni Sinurat
Nim
: 14 161 500 11
Dosen pengampu
: Leony Sanga L.Purba Mpd.
Prodi Pendidikan kimia
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Indonesia
A.Judul
:Kesetimbangan Kimia
B. Tujuan :
1. Memahami konsep kesetimbangan dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya
2. Menghitung harga tetapan
kesetimbangan berdasarkan percobaan
3. Menentukan pH larutan asam lemah
dengan menggunakan kertas pH indikator (universal) atau larutan indikator
4. Menentukan
pengaruh pengenceran terhadap nilai pH
5. Menentukan
tetapan kesetimbangan ionisasi dan derajat ionisasi larutan asam lemah
C. Dasar
teori
Reaksi
kimia berdasarkan arahnya dibedakan menjadi reaksi berkesudahan (satu arah) dan
reaksi dapat balik (dua arah). Pada reaksi berkesudahan zat-zat hasil tidak
dapat saling bereaksi kembali menjadi zat pereaksi. Reaksi dapat balik
dapat berlangsung dalam dua arah, artinya zat-zat hasil reaksi dapat saling
bereaksi untuk membentuk zat pereaksi kembali. Meskipun hampir semua reaksi
merupakan reaksi dapat balik, tetapi tidak semua reaksi dapat balik dapat
menjadi reaksi setimbang. Agar tercipta suatu reaksi setimbang diperlukan
kondisi tertentu antara lain reaksinya bolak-balik, sistemnya tertutup, dan
bersifat dinamis.
Hukum
kesetimbangan yaitu: bila suatu reaksi dalam keadaan setimbang, maka hasil
kali konsentrasi zat-zat hasil reaksi dipangkatkan koefisiennya dibagi dengan
hasil kali konsentrasi zat-zat pereaksi dipangkatkan koefisiennya akan
mempunyai harga yang tetap. Tetapan kesetimbangan bagi suatu reaksi adalah
khas untuk suatu reaksi dan harganya tetap pada suhu tertentu. Artinya setiap
reaksi akan mempunyai harga tetapan kesetimbangan yang cenderung tidak sama
dengan reaksi lain meskipun suhunya sama, dan untuk suatu reaksi yang sama
harga K akan berubah jika suhunya berubah. (unggul, 2006: 111)
Azaz
Le Chatelier yaitu jika dalam suatu sistem kesetimbangan diberikan aksi,
maka sistem akan berubah sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu sekecil
mungkin. Beberapa aksi yang dapat menimbulkan perubahan pada sistem
kesetimbangan antara lain perubahan konsentrasi, perubahan volume, perubahan
tekanan, dan perubahan suhu.
1.
Perubahan konsentrasi
Bila ke dalam suatu sistem kesetimbangan, konsentrasi salah
satu komponennya ditambah maka kesetimbangan akan bergeser dari arah penambahan
itu, dan bila salah satu komponen dikurangi maka kesetimbangan akan bergeser ke
arah pengurangan itu.
2.
Perubahan volume
Penambahan air menyebabkan volume
larutan menjadi (misalnya dua kali) lebih besar, sehingga konsentrasi
masing-masing komponen akan mengalami perubahan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
adanya perubahan volume tidak menyebabkan pergeseran kesetimbangan untuk suatu
reaksi.
3.
Perubahan suhu
Perubahan suhu pada suatu reaksi setimbang akan menyebabkan
terjadinya perubahan harga tetapan kesetimbangan (k). Pergeseran reaksi
kesetimbangan akibat perubahan suhu ditentukan oleh jenis reaksinya, endoterm
atau eksoterm. Menurut azaz Le Chatelier, jika sistem dalam kesetimbangan ke
arah reaksi yang menyerap kalor (H positif).
4.
Perubahan tekanan
Perubahan tekanan akan berpengaruh
pada konsentrasi gas-gas yang ada pada kesetimbangan . oleh karena itu, pada
sistem reaksi setimbang yang tidak melibatkan gas, perubahan tekanan tidak
menggeser letak kesetimbangan.
PV = nRT
→ P = (n/V) RT
Dari persamaan itu dapat diketahui bahwa perubahan tekanan
akan berakibat yang sebaliknya dengan perubahan volume. Artinya, bila tekanan
diperbesar akan sama pengaruhnya dengan bila volume diperkecil, dan sebaliknya
bila tekanan diperkecil akan berakibat yang sama dengan bila volume diperbesar.
5.
Penambahan katalis pada reaksi setimbang
Adanya
katalis dalam reaksi kesetimbangan tidak mengakibatkan terjadinya pergeseran
letak kesetimbangan, tetapi hanya mempercepat tercapainya keadaaan setimbang.
(unggul, 2006: 119-125)
Tetapan kesetimbangan (K)
Tetapan kesetimbangan (K) merupakan konstanta
(angka/nilai tetap) perbandingan zat ruas kanan dengan ruas kiri pada suatu
reaksi kesetimbangan. Tiap reaksi memiliki nilai K yang khas, yang hanya
berubah dengan pengaruh suhu.
Ada dua macam tetapan kesetimbangan, yaitu: KC dan KP.
Perbedaannya:
- KC diukur berdasarkan konsentrasi molar zat-zat yang terlibat.
- KP diukur berdasarkan tekanan parsial gas-gas yang terlibat (khusus fasa gas).
Ada dua macam tetapan kesetimbangan, yaitu: KC dan KP.
Perbedaannya:
- KC diukur berdasarkan konsentrasi molar zat-zat yang terlibat.
- KP diukur berdasarkan tekanan parsial gas-gas yang terlibat (khusus fasa gas).
Ada beberapa simbol lain untuk KC, sesuai jenis
reaksi kesetimbangannya, seperti:
- Ka, untuk reaksi kesetimbangan asam lemah
- Kb, untuk reaksi kesetimbangan basa lemah
- Kw, untuk reaksi kesetimbangan air (water) dan
- Kh, untuk reaksi kesetimbangan hidrolisis
Meskipun berbeda simbol/nama, perhitungannya sama dengan KC.
- Ka, untuk reaksi kesetimbangan asam lemah
- Kb, untuk reaksi kesetimbangan basa lemah
- Kw, untuk reaksi kesetimbangan air (water) dan
- Kh, untuk reaksi kesetimbangan hidrolisis
Meskipun berbeda simbol/nama, perhitungannya sama dengan KC.
Rumus tetapan kesetimbangan (KC)
Rumus tetapan kesetimbangan KC secara garis besar
merupakan perbandingan (hasil bagi) antara konsentrasi molar ([ ])
zat-zat ruas kanan dengan konsentrasi molar zat ruas kiri yang dipangkatkan
dengan koefisiennya.
Karena fasa padat (s) dan cair (l) tidak memiliki konsentrasi, maka kedua fasa ini tidak dilibatkan dalam rumus tetapan kesetimbangan KC (diberi nilai=1).
Perlu diingat:
tanda kurung siku ([ ]) merupakan simbol untuk konsentrasi molar zat.
Karena fasa padat (s) dan cair (l) tidak memiliki konsentrasi, maka kedua fasa ini tidak dilibatkan dalam rumus tetapan kesetimbangan KC (diberi nilai=1).
Perlu diingat:
tanda kurung siku ([ ]) merupakan simbol untuk konsentrasi molar zat.
|
Rumus tetapan kesetimbangan (KP)
Rumus tetapan kesetimbangan KP merupakan
perbandingan (hasil bagi) antara tekanan parsial (PX) zat-zat ruas
kanan dengan tekanan parsial zat ruas kiri yang dipangkatkan dengan koefisien
masing-masing..
Hanya zat yang berfasa gas (g) yang diperhitungkan dalam rumus tetapan kesetimbangan KP.
Zat dengan fasa selain gas (S, l, dan aq) tidak dicantumkan dalam rumus tetapan kesetimbangan, tetapi diberi nilai = 1.
Hanya zat yang berfasa gas (g) yang diperhitungkan dalam rumus tetapan kesetimbangan KP.
Zat dengan fasa selain gas (S, l, dan aq) tidak dicantumkan dalam rumus tetapan kesetimbangan, tetapi diberi nilai = 1.
|
G.
Hasil dan Pembahasan
Dari
percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa:
Pada reaksi asam asetat dengan konsentrasi yang bermacam-macam tidak terjadi
perubahan suhu, karena suhu dapat berubah apabila dipanaskan dan didinginkan.
Selain itu pada percobaan juga dapat dketahui bahwa semakin sedikit konsentrasi
suatu zat, maka semakin rendah pHnya, baik diukur dengan pH universal maupun
menggunakan indikator. Dan juga semakin sedikit konsentrasinya, maka konstanta
kesetinbangannya semakin tinggi atau semakin bertambah.
Pada
percobaan pemberian larutan penujuk metil merah bertujuan agar mengetahui
prubahan warna yang terjadi pada asam asetat. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh kisaran harga pH tiap kali pengenceran dan percobaan yang dilakukan.
Setelah didapatkan hasil dari percobaan ini yakni pH, suhu dan warna CH3COOH
kemudian dilakukan perhitungan untuk mencari harga kesetimbangan, derajat
ionisasi dan rata-rata derajat ionisasi.
Pengenceran
mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam penentuan pH larutan, derajat
ionisasi dan kesetimbangan dari percobaan dinamakan larutan lemah berdasarkan
pada nilai pHnya.
IX. KESIMPULAN
Pada
percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa suhu tidak
berpengaruh pada reaksi. Pada percobaan suhu tidak mengalami perubahan,
kecuali dipanaskan atau didinginkan.Selain itu, pada percobaan juga
dapat disimpulkan bahwa pengenceran berpengaruh terhadap nilai pH, Yakni
pengenceran berbanding lurus dengan nilai pH. Semakin diencerkan maka
nilai pH semakin meningkat.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesetimbangan Kimia
Ada tiga (3) faktor yang dapat mengubah kesetimbangan kimia, yaitu :
1. Konsentrasi reaktan atau produk
Jika dalam sistem kesetimbangan ditambahkan lebih banyak reaktan atau
produk, reaksi akan bergeser ke sisi lain untuk menghabiskannya.
Sebaliknya, jika sebagian reaktan atau produk diambil, reaksi
2. Suhu
Secara umum, memanaskan suatu reaksi menyebabkan reaksi tersebut
bergeser ke sisi endoterm. Sebaliknya, mendinginkan suatu reaksi
menyebabkan reaksi tersebut bergeser ke sisi eksoterm.
3. Tekanan atau volume pada sistem yang mengandung fasa gas
Secara umum, meningkatkan tekanan (mengurangi volume) pada campuran yang setimbang menyebabkan
reaksi bergeser ke sisi yang mengandung jumlah molekul gas yang paling
sedikit. Sebaliknya, menurunkan tekanan (memperbesar volume) pada
campuran yang setimbang menyebabkan reaksinya bergeser ke sisi yang
mengandung jumlah molekul gas yang paling banyak. Sementara untuk reaksi
yang tidak mengalami perubahan jumlah molekul gas (mol reaktan = mol
produk), faktor tekanan dan volume tidak mempengaruhi kesetimbangan
kimia.
C. Pengertian pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman dan tingkat kebasaan.
Asam adalah suatu senyawa yang apabila dilarutkan ke dalam air akan
menghasilkan ion H+ sedangkan basa adalah suatu senyawa yang apabila
dilarutkan ke dalam air akan menghasilkan ion OH-.
D. Pengertian Indikator
Indikator
adalah asam atau basa organik lemah. Indikator asam atau basa memiliki
trayek pH masing-masing. Harga pH indikator ini bergantung pada
perubahan warnanya.
X.Lampiran
Gambar akhir hasil percobaan
Langganan:
Postingan (Atom)